Karakteristik
Perkembangan Sosial Masa Remaja Serta Implikasinya Dalam Pendidikan
Dosen
pengampu Siti Nurlaila,S.Psi. M.Psi.
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena akhirnya penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul
“Karakteristik Perkembangan Sosial Masa Remaja Serta Implikasinya Dalam
Pendidikan” sebagai salah satu tugas individu mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Siti Nurlaila, S.Psi. M.Psi. selaku
dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik.
2. Teman-teman
yang telah memberikan dukungan sehingga terselesainya makalah ini
3. Semua pihak yang telah membantu terselesainya
makalah ini
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Metro, Mei
2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul................................................................................................................ i
Kata
Pengantar .................................................................................................................. ii
Daftar
isi .............................................................................................................................. iii
BAB
1 Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3.
Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB
2 Pembahasan
2.1Pengertian perkembangan social.................................................................. 3
2.2. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja.............................................. 4
2.3. Tingkah Laku Sosial Pada Priode Remaja................................................. 5
2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Perkebangan Sosial................................... 6
2.5. Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah
Laku.................... 9
2.6. Perbedaan Individu Dalam Perkembangan Sosial.................................. 9
2.7. Implikasi Perkembangan Sosial Terhadap
Penyelenggaraan
Pendidikan....................................................................................................... 10
BAB
3 Kritical Thinking ....................................................................................................
BAB
4 Penutup ..................................................................................................................
Daftar
Pustaka....................................................................................................................
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja disebut juga masa untuk
menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas banyak
dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau
identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan
terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang
sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum
terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun
sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru
dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian
seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya
Remaja yang
berkembang baik kepribadiannya, salah satu tugas perkembangan yang harus
dikuasainya adalah membina hubungn social dengan teman sebaya maupun dengan
orang dewasa selain dari guru dan orang tua. Remaja dapat berprestasi maksimal
dalam belajar jika ia diterima dan dikagumi dalam kelompok sebayanya dan mampu
memecahkan masalah social secara baik dengan orang dewasa terutama orang tua
dan orang-orang dewasa lainnya. Perlu disadari bahwa perkebangan social remaja
perlu dipahami oleh para guru maupun orang-orang yang bertugas mendidik remaja,
karena perkembangan sosisal sangat penting untuk mengembangkan kepribadian dan
prestasi belajar remaja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1.
Apa yang dimaksud dengan perkembangan
sosial?
2.
Apa saja karakteristik perkembangan
sosial remaja?
3.
Bagaimana tingkah laku social
pada masa remaja?
4.
Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial?
5.
Bagaimana pengaruh perkembangan sosial
terhadap tingkah laku?
6.
Mengapa dan bagaimana perkembangan
sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan?
C. Tujuan Makalah
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan perkembangan sosial.
2.
Untuk mengetahui karakteristik
perkembangan sosial remaja
3.
Untuk mengetahui bagaimana
tingkah laku social pada masa remaja?
4.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosial.
5. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan
sosial terhadap tingkah laku seseorang.
6. Untuk mengetahui alasan dan implikasi
perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan pendidikan.
BAB II
2.1 Pengertian Perkembangan Sosial
Hubungan sosial
merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial
dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada
jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain
demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan
bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan
antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf
(2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal
manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan
dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu
mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya.
Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah
(tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Sunarto dan Hartono
(1999) menyatakan bahwa:Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar
manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana
dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan
bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat
hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
2.2. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Pada jenjang ini,
kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan
remaja telah cukup luas. Anak mulai memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif
(bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Dalam
penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan
mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku
sebelumnya di dalam keluarganya.
·
Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan
mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan
sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma
pergaulan sesama remaja
juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
·
Pada masa remaja
berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang
lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut
sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
·
Menurut “Erick Erison” Bahwa masa
remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa
penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut
Freud, Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan
seksual.
·
Pada masa ini
juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah
atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang
lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku
yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar
remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila
kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai
moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti
kelompoknya tersebut.
·
Kehidupan sosial remaja ditandai
dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap
hubungan sosial yang tertutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya.
·
Pergaulan remaja banyak diwujudkan
dalam bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok besar maupun klelompok kecil.
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih
luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa
ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku
sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda.
Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang
berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa
kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga, lingkungan, dan pekerjaan.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok
teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses
belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau
dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga
fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta
didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling
menghormati dan betanggung jawab.
2.3. Tingkah laku
sosial pada priode remaja
Masa
remaja adalah saat mencoba melakukan peranan social yang baru yang menuntut
cara-cara bertingkah laku social tertentu. Dalam suasana mencoba melaksanakan
peranan social dan tingkah laku social yang baru ini, remaja dapat saja
mengalami berbagai rintangan dan kegagalan. Ada berbagai macam kekhususan
tingkah laku social remaja yang penting untuk dipahami, yaitu :
1.
Ketertarikan terhadap lawan jenis. Hal ini merupakan suatu
perubahan hubungn social yang menonjol pada periode remaja. Ketertarikan
terhadap lawan jenis dapat dilihat dari kegembiraan dalam kelompok anggota yang
yang kelompok anggotanya heterogan, yaitu terdiri dari pria dan wanita yang
sebelumnya remaja menyukai berkelompok dengan anggota kelompok yang homogen,
yaitu terdiri wanita sama wanita pria sama pria. Adda beberapa criteria yang
harus dimiliki remaja untuk dapat menjadi popular diantaranya penampilan fisik
yang menarik ( pria dengan bentuk tubuh gagah dan wanita dengan wajah yang
menawan dan tubuh yang seimbang, sikap yang tenang namun periang, dan penuh
perhatian) ( Hurlock, 1980).
2.
Kemandirian bertingkah laku social. Tingkah laku lainnya yang
berkembang pada priode remaja adalah tingkah laku social yang mandiri, artinya
remaja memilih dan menentukan sendiri dengan siapa dia akan berteman. Karena
remaja berusaha mandiri dalam bersosialisasi maka diharpkan remaja dapat
mengambil keputusan tingkah laku yang tepat dalam menghadapi orang-orang yang
baru dalam situasi yang baru, dan semua ini memerlukan proses belajar.
3.
Kesenangan berkelompok. Hidup berkelompok teman
sebaya merupakan kebutuhan pada masa remaja. (Hurlock, 1980).
a.
Kelompok temen dekat. Kelompok ini
muncul pada masa remaja awal atau puber yang terdiri dari dua atau tiga orang
teman dekat dengan jenis kelain yang sama. Dalam kelompok terjadi saling
membantu pemecahan masalah, berbagai rasa aman namun tidak jarang terjadi
pertengkaran, tapi mereka akan rukun kembali.
b.
Kelompok kecil. Teman yang dipilih
cenderung yang sama minat dan sama pandangan dalam memahami permasalahan hidup.
c.
Kelompok besar. Kelompok ini terbentuk
sejalan dengn peningkatan aktivitas remaja itu seperti kegiatan rekreasi,
acara-acara kesenian, olah raga, dll.
d.
Kelompok terorganisasi. Merupakan
kelompok pemuda yang terorganisir oleh orang dewasa untuk tujuan pembinaan
terhadap remaja. Kegiatannya diarahkan kepada kegiatan yang bermanfaat bagi
perkembangan remaja itu sendiri maupun masyarakat.
e.
Kelompok Geng. Kelompok ini
beranggotakan remaja yang ditolak atau tidak puas dalam kelompok terorganisasi,
lalu menggabungkan diri menjadi kelompok yang disebut geng.
Fungsi teman sangat penting bagi remaja
terutama sebagai tempat berbagi rasa dan penderitaan maupun kebahagiaan serta
belajar cara-cara menghadapi masalah yang banyak timbul karena tugas-tugas
perkembangan yang harus mereka kuasai. Pada masa remaja akhir teman lawan jenis
sangat penting walaupun teman sesama jenis tetap dibutuhkan. Teman yang dipilih
cenderung yang sama pandangan dan memahami permasalahan kehidupan.
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
Faktor – faktor keluarga yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja:
1) Keberfungsian Keluarga
Keluarga yang fungsional (normal) yaitu keluarga yang telah mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana yang telah dijelaskan. ditandai oleh karakteristik: Saling memperhatikan dan mencintai, bersikap terbuka dan jujur, orangtua mau mendengar anak, menerima perasaannya dan menghargai pendapatnya, ada “Sharing” masalah atau pendapat diantara keluarga, mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya, saling menyesuaikan dirinya dan mengakomodasi, orang tua melindungi (mengayomi) anak, komunikasi antar anggota berlangsung dengan baik, keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai – nilai budaya, dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi – fungsi seperti diatas, keluarga tersebut berarti mengalami stagnasi (kemandegan) atau disfungsi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan konstelasi keluarga tersebut (khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak).
Adapun ciri – ciri keluarga yang mengalami disfungsi yaitu: Kematian salah satu atau kedua orangtua, kedua orangtua bercerai(Divorce), hubungan kedua orangtua tidak baik (por marriage), hubungan orangtua dengan anak tidak baik (por parent – child relationship), suasana rumah tangga yang tegang tanpa kehangatan (high tensión and low warmth), orangtua sibuk dan jarang di rumah (parent’s absence), dan salah satu atau kedua orangtua mengalami kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan (personality or psychological disorder).
2) Pola Hubungan Keluarga
Peck (Loree, 1970: 144) telah meneliti hubungan antara karakteristik emocional dan pola perlakuan keluarga dengan elemen – elemen Struktur kepribadian remaja. yaitu sebagai berikut:
a. Remaja yang memiliki “ego strenght” secara konsisten berkaitan erat dengan pengalamannya dilingkungan keluarga yang saling mempercayai dan menerima.
b. Remaja yang memiliki “super ego strenght”, sangat berkaitan erat dengan keteraturan dan konsistensi kehidupan keluarganya.
c. Remaja yang “friendliness” dan “spontanetty”, berhubungan erat dengan iklim keluarga yang demokratis.
d. Remaja yang bersikap bermusuhan dan memiliki perasaan gelisah atau cemas terhadap dorongan – dorongan dari dalam, berkaitan dengan keluarga yang otoriter.
3) Kelas Sosial dan Status Ekonomi
Pikunas (1976: 72) mengemukakan pendapat Becker, Deutsch, Kohn dan Sheldon, tentang kaitan antara kelas sosial dengan cara atau teknik orangtua dalam mengatur (mengelola/memperlakukan) anak, yaitu bahwa:
a. Kelas Bawah (Lower Class) cenderung lebih keras dalam “toilet training” dan lebih sering meggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan kelas menengah.
b. Kelas Menengah (Middle Class) cenderung lebih memberikan pengawasan, dan perhatiannya sebagai orangtua.
c. Kelas Atas (Upper Class) cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan – kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang Pendidikan yang reputesinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
Faktor – faktor keluarga yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja:
1) Keberfungsian Keluarga
Keluarga yang fungsional (normal) yaitu keluarga yang telah mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana yang telah dijelaskan. ditandai oleh karakteristik: Saling memperhatikan dan mencintai, bersikap terbuka dan jujur, orangtua mau mendengar anak, menerima perasaannya dan menghargai pendapatnya, ada “Sharing” masalah atau pendapat diantara keluarga, mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya, saling menyesuaikan dirinya dan mengakomodasi, orang tua melindungi (mengayomi) anak, komunikasi antar anggota berlangsung dengan baik, keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai – nilai budaya, dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi – fungsi seperti diatas, keluarga tersebut berarti mengalami stagnasi (kemandegan) atau disfungsi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan konstelasi keluarga tersebut (khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak).
Adapun ciri – ciri keluarga yang mengalami disfungsi yaitu: Kematian salah satu atau kedua orangtua, kedua orangtua bercerai(Divorce), hubungan kedua orangtua tidak baik (por marriage), hubungan orangtua dengan anak tidak baik (por parent – child relationship), suasana rumah tangga yang tegang tanpa kehangatan (high tensión and low warmth), orangtua sibuk dan jarang di rumah (parent’s absence), dan salah satu atau kedua orangtua mengalami kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan (personality or psychological disorder).
2) Pola Hubungan Keluarga
Peck (Loree, 1970: 144) telah meneliti hubungan antara karakteristik emocional dan pola perlakuan keluarga dengan elemen – elemen Struktur kepribadian remaja. yaitu sebagai berikut:
a. Remaja yang memiliki “ego strenght” secara konsisten berkaitan erat dengan pengalamannya dilingkungan keluarga yang saling mempercayai dan menerima.
b. Remaja yang memiliki “super ego strenght”, sangat berkaitan erat dengan keteraturan dan konsistensi kehidupan keluarganya.
c. Remaja yang “friendliness” dan “spontanetty”, berhubungan erat dengan iklim keluarga yang demokratis.
d. Remaja yang bersikap bermusuhan dan memiliki perasaan gelisah atau cemas terhadap dorongan – dorongan dari dalam, berkaitan dengan keluarga yang otoriter.
3) Kelas Sosial dan Status Ekonomi
Pikunas (1976: 72) mengemukakan pendapat Becker, Deutsch, Kohn dan Sheldon, tentang kaitan antara kelas sosial dengan cara atau teknik orangtua dalam mengatur (mengelola/memperlakukan) anak, yaitu bahwa:
a. Kelas Bawah (Lower Class) cenderung lebih keras dalam “toilet training” dan lebih sering meggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan kelas menengah.
b. Kelas Menengah (Middle Class) cenderung lebih memberikan pengawasan, dan perhatiannya sebagai orangtua.
c. Kelas Atas (Upper Class) cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan – kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang Pendidikan yang reputesinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.
2. Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan
lembaga pendidikan resmi yang bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan
untuk siapapun yang berhak. Oleh karena itu remaja banyak menghabiskan waktunya
di sekolah semenjak berumur empat tahun. Dengan demikian sekolah mempengaruhi
tingkah laku remaja khususnya tingkah laku sosialnya.
3. Pengaruh teman sebaya
Kelompok teman sebaya
memungkinkan remaja belajar keterampilan social, mengembangkan minat yang sama
dan saling membantu dalam mengatasi kesulitan dalam rangka mencapai
kemandirian. Teman sebaya dijadikan tempat memperoleh sokongan dan kekuatan, guna
melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang tua. Begitu pentingnya peran
teman sebaya bagi perkembangan social remaja, maka apabila terjadi penolakan
dari kelompok teman sebaya dapat menghambat kemajuan dalam hubungn social.
Penolakan social dapat menghancurkan kehidupan remaja yang sedang mencari
identitas diri. (Campbel, 1969)
4. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
5. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
6. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
4. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
5. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
6. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
Dari beberapa
factor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku remaja diatas, tiga factor pertama
merupakan factor penting yang sangat mempengaruhi tingkah laku social remaja.
2.5. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan
sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu
terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik
dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan
diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau
merahasiakannya.
Pikiran anak sering
dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis
terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan
abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan
peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya
menurut alam pikirannya.
Disamping itu
pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1.
Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran
sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan
praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2.
Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain
dalam penilaiannya.
Melalui banyak
pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat
orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah
sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
2.6. Perbedaan Individual dalam
Perkembangan Sosial
Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan Teori komprehensif yang dikemukakan oleh Erickson yang menyatakan bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala Hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam.
Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola yang sesuai dengan kepribadiannya.
Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan Teori komprehensif yang dikemukakan oleh Erickson yang menyatakan bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala Hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam.
Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola yang sesuai dengan kepribadiannya.
2.7. Implikasi
Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja
yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu
tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belum memahami
benar tentang norma-norma sosial yang berlaku di
dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial
yang kuarang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma sesuai dengan
kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung
dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan
adanya upaya pengembangan hubungan social remaja yang diawali dari lingkungan
keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan
Keluarga
Orang tua hendaknya
mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk
mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang
memberikan kesempatan secara maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak
akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan
perasaannya. Dengan cara demikian, remaja akan merasa bahwa
dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati sebagai
manusia oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Dalam konteks
bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis
pola asuh orang tua yaitu :
a) Pola asuh
bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang
diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan
penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil
oleh anaknya.
b) Pola asuh
unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang
diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan
kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak dapat
menerimanya.
c) Pola asuh
lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang
diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta
kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya,
tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka
cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan
kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh
yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina
kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua
tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap
anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang
rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya
untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau
perlakuan orang tuanya
2. Lingkungan
Sekolah
Di dalam mengembankan
hubungan social remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan
yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan
selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran
yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya
semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan
pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga
harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang
secara maksimal.
3. Lingkungan
Masyarakat
a) Penciptaan
kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada
mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b) Perlu
sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari
remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
Terima kasih...
BalasHapusSangat bermanfaat.
Salam Komukote...
Hemmm..... วไบหสหหบ :v
BalasHapusTerima kasih ukhti
BalasHapusTerimakasih artikel ini menjawab tugas tugas saya
BalasHapusTerimakasih
BalasHapusMakasih kakak
BalasHapusQueen of Spades Casino Slots - Shootercasino
BalasHapusQueen of 인카지노 Spades Casino 제왕 카지노 Slots by Queen Of Spades Slots is a หาเงินออนไลน์ 5 reel video slot with instant play, no download or registration needed.
Harrah's Casino - MapYRO
BalasHapusHarrah's Casino Your location. Trails. Dedicated lanes. Bicycle-friendly 군산 출장마사지 roads. 익산 출장안마 Bicycle-friendly 원주 출장안마 trails. Dirt/unpaved 창원 출장마사지 trails. 의정부 출장안마